TRIBUNNEWS.COM – Sejarawan Restu Gunawan berbicara tentang banjir yang melanda Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Jabodetabek. Tidak dapat lagi mengelola curah hujan lokal. Menurutnya, perubahan drastis dalam perencanaan kota, yaitu pengurangan ruang hijau, berarti air tidak terserap di bawah tanah, tetapi terakumulasi di rumah-rumah warga. Ada terlalu banyak teori dan tidak ada tindakan yang pernah diambil.
“Ini (banjir Jabodetabek) membuktikan bahwa bahkan kita tidak dapat mengatasi curah hujan lokal.”
“Kami memiliki terlalu banyak teori, kami tidak pernah mengambil tindakan,” acara bincang-bincang TVone Tvone pada Rabu (2020) (26 Februari 2016) dilaporkan oleh Restu Gunawan.
Selain itu, Restu Gunawan menjelaskan bahwa solusi banjir Jabodetabek adalah perubahan revolusioner.
Baca: Mengundang pertemuan untuk mengelola banjir, Komite Kelima melompati tiga gubernur dalam kekecewaan

Menurutnya, jika pengelolaan banjir masih berlangsung, saya pikir Jabodetabek akan menderita banjir lagi tahun depan.
Perubahan revolusioner itu sendiri mencakup konsistensi RT / RW, termasuk pengembangan in situ / reservoir dan penyebaran spora biologis
DPRD mengimbau pemerintah provinsi untuk keengganannya dan banyak alasan untuk mengelola banjir , Bandingkan dengan rumus E